KUYANG

Sebagai anak yang dianggap memiliki kemampuan spesial, kejadian mistis dan gangguan makhluk halus sudah biasa aku alami. Bahkan jika sehari saja tidak diganggu, aku mencari-cari. Ke mana mereka yang selalu mengusik ketenanganku?

Tidak, bukan gangguan seperti itu yang ingin kusampaikan. Melainkan sebuah kisah menyeramkan yang aku alami. Melihat sosok misterius yang terbang dimalam hari. Aku sensitif dengan makhluk semacam itu.

Malam purnama, terang bulan. Suasana sejuk dan lumayan menegangkan. Pukul delapan malam sekitar rumah sudah sepi. Aku merasa gerah berada di dalam rumah.


Aku duduk di teras, earphone terpasang dan lagu-lagu favoritku terputar. Pikiranku melayang dan aku seperti diajak seseorang. Seperti ada yang ingin mengendalikan ragaku. Dengan terus mengingat Allah, aku berusaha agar tetap terjaga.

Lampu rumah tetangga berkedip, suara kucing mengeong dan anjing menggonggong. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Kepalaku pusing dan pandanganku buram. Ah, ini tanda-tanda aura gelap dan jahat berada di sekitarku.

Tiba-tiba ....



"Mama!"

Aku meringkuk ketakutan, berusaha tidak melihat ke atas lagi. Apa itu? Aku tidak yakin, namun itu sangat menyeramkan. Aku melihat kepala melayang dengan rongga bagian dalam. Matanya merah dan wajahnya buruk sekali. Astagfirullah, seketika kakek, nenek dan mama menghampiriku.

"Kenapa, Nak?" tanya nenek sambil mengusap kepalaku. Aku tidak mau mendongak, sangat mengerikan.

"Han ... tu," kataku sambil menunjuk atap rumah. Kakek menghela napas panjang dan berjalan keluar.

"Bu, kalau nggak salah, ada ibu hamil di sana, ya?" tanya kakek.

"Iya, Pak. Ada, dulu tetangga kita. Bu Sri," jawab nenek. Aku menduga-duga mengapa kakek bertanya hal itu.

"Pantesan. Ya sudah, bawa Agatha ke dalam. Oleskan minyak kuda di kening dan telinganya. Keteguran¹ dia itu. Besok demam kamu," kata kakek. Aku berdiri dibantu nenek dan masuk rumah. Kakiku terasa lemas karena masih syok.

Dalam kamar, masih terdengar samar kakek, nenek, dan mama membicarakan sesuatu. Pasti hal berkaitan tentangku.

"Nggak, Bu. Gatha selama ini agak jarang lihat hantu. Barusan dia ketakutan seperti itu. Gemetar badannya, Bu. Sampai panik aku," kata mama.

"Dia lihat apa sih, Pak?" tanya nenek.

"Kuyang." Mama terkejut. Melihat kuyang adalah hal yang paling ditakuti. Konon, akan berakibat buruk.

"Jadi gimana, Bu? Aku nggak mau Gatha diruqyah seperti dulu. Nggak tega," kata mama.

"Nggak diruqyah. Dia cuma keteguran. Demam tiga hari, muntah, ya kayak sakit biasa. Diawasi anakmu. Dia sudah ditandai makhluk itu," kata kakek menjelaskan. Tidak lama kemudian, mama masuk ke kamar dan mengelus kepalaku.

________

Benar saja, keesokan paginya, badanku panas. Dua kali muntah dan susah buang air besar. Wajahku pucat dan mama sangat khawatir.

"Bu, apa nggak sebaiknya kita bawa Gatha ke Mbah aja? Aku takut dicelakai kuyang, Bu," kata mama panik. Nenek menggeleng dan beradu tatap dengan kakek.

"Nggak usah dibawa ke mana-mana. Anakmu nggak papa itu. Aku mau ke rumah Bu Sri aja," kata kakek.

"Gatha mau ikut," kataku memaksa.

"Lagi demam, Sayang. Di rumah aja ya?" bujuk mama.

"Nggak, Gatha sehat, kok. Siapa tahu Gatha bisa bantu menjelaskan," kataku lagi. Akhirnya nenek dan kakek setuju. Mama iya-iya saja karena aku keras kepala.

Sesampainya di rumah Bu Sri, terasa hawa-hawa sesak dan tidak enak. Pandanganku kembali buram dan pertahanan tubuh roboh. Kilas balik terlihat dalam pikiranku.

Aku melihat wanita yang berjalan dengan memakai jaket hoodie. Mengawasi rumah Bu Sri dan seperti menandai sesuatu. Tanda silang merah. Aku seperti mengenal wajahnya. Sedetik kemudian, aku tersadar.

"Lihat apa, Nak?" tanya nenek.

"Nek, rumah ini ditandai kuyang. Nenek pernah bilang, 'kan kalau Bu Sri sedang hamil? Kuyang itu mengincar darah nifas," jelasku.

"Kamu lihat siapa wanitanya?" tanya mama.

"Aku familiar dengan wajahnya. Tapi tidak terlalu jelas, Ma."

"Eh, satu keluarga di sini. Ada apa? Mari, masuk dulu," kata Cely, anak pertama Bu Sri.

Setelah berbincang kecil, kakek memberitahu maksud kedatangan kami. Kakek khawatir dengan keselamatan jabang bayi di dalam rahimnya. Mengingat, tanah Kalimantan sangat erat dengan ilmu hitam seperti ini.

"Oh, kuyang. Tua² sudah pasang jampi-jampi di sekitar kelambu Ibu. Kemarin saya disuruh cari bulu landak dan bawang merah tunggal," kata Cely. Kakek mengangguk paham.

"Tetap waspada dan minta perlindungan Allah, Nak. Kata Gatha rumah ini ditandai kuyang. Sudah tentu ketika lahiran, kuyang itu akan ke sini," jelas kakek.

"Nanti ketika Ibumu lahiran, saya ajak warga ke sini ramai-ramai. Menyalakan kembang api dan membunyikan alat dapur."

Tiba-tiba, aku melihat wanita misterius yang lewat di depan rumah barusan. Ia seperti mengawasi sesuatu, kemudian hilang tanpa jejak. Aku mengejarnya, mencarinya ke seluruh gang.

"Dapat kau!" Ia berbalik badan.

"Ih, apaan sih? Lepaskan jaketku!" kata wanita itu. Aku melepasnya dan dia pergi. Dia seperti wanita pada umumnya. Gaya bicara juga normal.

Ah, tunggu.

Kuyang tidak mempunyai lekukan di antara hidung dan mulut. Aku mendapatkanmu, Nyonya pembunuh.

Malam harinya, aku menceritakan kejadian itu kepada kakek. Spontan saja, ia langsung keluar dan memanggil beberapa temannya, termasuk Pak RT. Bermodal celurit dan tasbih, ia akan menangkap wanita siluman itu.

Rencana dijalankan. Wanita itu akan berubah menjadi kuyang ketika tengah malam. Kakek dan keempat temannya mengawasi di balik celah rumah. Hingga saat ditunggu-tunggu, hal itu pun terjadi.

Wanita itu melepas kepalanya. Wajahnya yang cantik dan manis berubah hancur menyeramkan. Tubuhnya tersisa isi perut yang terberai. Kemudian ia terbang dan mencari mangsa.

Setelah keluar dan terbangnya hantu itu dan menjauh dari rumah tersebut, kakekku dan beberapa temannya  masuk ke rumah kuyang itu.

Rumah siluman itu penuh pembalut bekas, janin, potongan tubuh bayi yang baru lahir dan darah berceceran di mana-mana. Bau amis menyebar di seluruh ruangan.

Kakek mencari di mana siluman itu menyimpan tubuhnya. Setelah ditemukan, muncul ide kakekku dan teman-temannya untuk mengisi badan yang kosong tersebut  dengan batu-batu dan benda-benda lainnya hingga penuh.

Setelah itu kakekku dan teman-temannya pun tidak berani langsung pulang ke rumah karena takut kuyang akan menemukan mereka. Oleh karena itu mereka lari jauh ke dalam hutan selama beberapa hari.

Beberapa hari kemudian, mereka kembali mengecek rumah itu dan ternyata hantu kuyang itu pun telah mati karena tidak bisa kembali masuk ke dalam badan aslinya. Aku kagum pada kakekku karena ide cemerlangnya. Alhasil Bu Sri bisa melahirkan dengan selamat.

Setelah kejadian itu, aku semakin sering melihat sosok kuyang yang lain. Kadang aku ikut bersama kakek membunuh kuyang itu. Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil melenyapkan siluman jahat. Berbekal kemampuan yang dimiliki, aku rasa itu tidak terlalu sulit.

Aku suka memburu siluman.

End.
Catatan kaki :
¹ = istilah di sini ketika terkejut melihat hantu lalu keesokan harinya demam dan sakit.
² = panggilan untuk tetua.

Kalau ada yang tanya ini cerita nyata atau bukan. Saya jawab 50% nyata. Selebihnya bumbu-bumbu penyedap.





-DeepGore Creepypasta-

No comments:

Post a Comment